Monday, October 4, 2010

Kenapa Kucing Menjadi Binatang Kesayangan Nabi?












Tahukah anda bahwa kucing adalah binatang kesayangan Nabi? Tapi Nabi menyayangi semua binatang dan mereka semua diperlakukan mulia. Banyak kisah tentang kucing (kerana kucing memang binatang yang banyak berkeliaran disekitar manusia). Bahkan nabi juga memiliki kucing peliharaan

Setiap kali Nabi menerima tamu di rumah, nabi SELALU menggendong mueeza (nama kucingnya) dan ditaruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang paling nabi suka:

'Mueeza selalu mengeong ketika mendengar azan, seolah-olah ngeongnya seperti mengikuti lantunan suara adzan'

Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyanyangi keluarga sendiri.

Lalu, pernah juga nabi ingin mengambil jubahnya, eh ada Muezza sedang tidur diatasnya.. Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri mueeza dari jubahnya supaya tidak membangunkan Muezza.

Saat Nabi pulang ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan kucing itu. Nabi menekankan di beberapa hadis bahwa kucing itu tidak najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci. Kenapa Rasulullah Saw yang buta baca-tulis, berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis?


Keistimewaan dari KUCING


Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteria. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia.

Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setitis pun cairan yang jatuh dari lidahnya.

Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar boleh membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.

Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbezaan usia, perbezaan posisi kulit, punggung, bahagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.

Hasil yang diperolehi adalah:

1. Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.
2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.
4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.

Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.


Komen Para Doktor pakar dalam Bidang Kuman

Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di klinik Haiwan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.

Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing, manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia. Doktor haiwan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bemama lysozyme.

Kucing tidak suka air kerana air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll). Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tdk banyak berjemur dan tidak dekat2 dgn air. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.

Dan hasil penelitian kajian yang telah di lakukan di laboratorium haiwan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih dari manusia.

Sisa makanan kucing hukumnya suci.

Hadis Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.

Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.”
Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang rumahan),” (HR At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana.”
Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu.
Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”

Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur. Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bahagiian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.
Rasulullah Saw bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing, (HR AlBaihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).

Hadis ini diriwayatkan dari Malik, Ahmad, dan imam hadis yang lain. Oleh kerana itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari sisa makanannya suci.


Sumber :
http://benderabulan.blogspot.com/2010/08/kenapa-kucing-menjadi-binatang.html
5 Agustus 2010

Sumber Gambar:

http://www.zulhamhafid.com/kucing.html/
http://dellone2one.com/
http://dellone2one.com/

Blue Persian Cat Lexi

Turkish Angora Cat

The domestic cat: the biology of its behaviour

The cat handbook

The cat: its behavior, nutrition, & health

Tips Memilih Kucing


Kucing merupakan hewan karnivora. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing ras atau galur murni (pure breed) diantaranya dari jenis persia, siam, manx dan sphinx. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran, seperti kucing liar atau kucing kampung.

"Jangan beli kucing dalam karung", itulah istilah yang sering kita dengar. Bermakna jangan membeli barang yang kita tidak tau wujud atau kondisi barang tersebut.

Bagaimana kalau membeli kucing dalam arti sesungguhnya? Bagaimana cara memilihnya?

Silahkan simak beberapa Tips Memilih Kucing berikut :

1. Pastikan kucing dalam kondisi sehat bebas dari bermacam penyakit. Meskipun tidur ciri kucing sehat akan bangun & merespon jika dibelai.
2. Tidak ada cacat fisik
3. Cek kebersihan dan kesehatan telinga dari parasit telinga (scabies)
4. Pilih kucing yang berbulu sehat. Jika ada jamur pada kulitnya jangan dipilih, karena dapat menular ke manusia.
5. Pilih kucing yang bebas dari kutu. Kutu menandakan kucing kurang terawat atau lingkungannya kurang tepat.
6. Pilih kucing yang kotorannya berbentuk padat normal, bukan encer atau cair. bentuk kotoran yang encer(diare) dapat disebabkan oleh bakteri atau cacingan.
7. Pilih kucing yang tidak agresif dan jinak, agar tidak membahayakan kucing lain atau manusia


Pilih kucing Ras atau kucing kampung ?

Menentukan pilihan pada kucing ras atau kucing kampung tergantung pada kesukaan Anda. Faktor harga beli dan biaya perwatan juga harus menjadi pertimbangan.
Dibanding kucing kampung, kucing ras harganya jauh lebih mahal, begitu pula biaya perawatannya. Kucing ras juga sangat sensitif akan perubahan lingkungan, pakan dan pemeliharaan.


Pilih kucing berbulu panjang atau berbulu pendek?

Pemilihan kucing berbulu panjang atau pendek sangat terkait dengan pemeliharaan. Kucing berbulu panjang mudah sekali kotor dan kusut.
Oleh karenanya, kucing ini membutuhkan perawatan yang intensif. Sebaliknya, kucing berbulu pendek lebih mudah dalam perawatan.


Pilih anak kucing atau kucing dewasa?

Ketika akan membeli kucing, terkadang kita dibingungkan untuk memilih anakan kucing atau kucing dewasa. Penentuan pilihan ini sangat terkait dengan anggaran dana yang tersedia. Harga anak kucing tentunya lebuh murah dibandingkan kucing dewasa. Namun, anakan kucing membutuhkan perawatan intensif sehingga perlu curahan waktu yang lebih banyak.


Sumber :
http://anismerah.com/content.php?127-Tips-Memilih-kucing
4 Oktober 2010

Sumber Gambar:
http://visual.merriam-webster.com/animal-kingdom/carnivorous-mammals/cat-breeds.php

Fakta Unik Kucing Rumahan

Tahukah anda, kucing (Felis silvestrid-catus), terutama kucing rumah adalah salah satu hewan predator paling hebat di dunia. Kucing ini mampu membunuh dan atau memakan beberapa ribu species, mengalahkan kucing besar seperti singa, harimau, dan sejenisnya yang hanya mampu memangsa kurang dari 100 species.Namun karena ukurannya terbilang kecil, maka tidak berbahaya bagi manusia. Namun tetap saja sangat berbahaya apabila kucing ini terinfeksi rabies.

Kucing telah berasosiasi dengan kehidupan manusia sekurangnya sejak 3500 tahun yang lalu. Ketika itu orang Mesir kuno telah menggunakan kucing untuk mengusir hama tikus dan hewan pengerat lainnya dari hasil panen mereka.

Namun, percaya atau tidak, di dunia ini hanya terdapat 1% populasi kucing di dunia yang termasuk galur murni atau kucing ras. Sisanya adalah kucing hasil pencampuran dari berbagai ras atau biasa yang kita sebut sebagai kucing kampung. Karena itu, kucing ras termasuk kucing yang paling sering dicari dan mahal harganya.

Di Indonesia, suara kucing sering ditulis dengan kata “Meong”. Dalam bahasa Inggris yang digunakan di Amerika, suara kucing sering ditulis dengan “Meow”. Di negara Inggris sendiri, suara kucing ditulis “Miaow”. Kalau bahasa Jepang sering ditulis dengan kata “Nya”.

Kucing biasanya memiliki berat badan antara 2,5 hingga 7 kg dan jarang melebihi 10 kg, kecuali diberi makan berlebih, si pussy bisa mencapai berat badan 23 kg. Dalam penangkaran, kucing dapat hidup selama 15 hingga 20 tahun, dimana kucing tertua pernah diketahui berusia 36 tahun! Kucing liar yang hidup di lingkungan urban modern hanya mampu hidup selama 2 tahun atau bahkan kurang dari itu.

Kucing termasuk hewan yang sangat bersih. Mereka sering merawat diri dengan menjilati rambut mereka. Saliva atau air liur mereka adalah agen pembersih yang kuat. tapi dapat memicu alergi pada manusia.
Kadangkala kucing memuntahkan semacam hairball atau gulungan rambut yang terkumpul di dalam perutnya. Sementara itu kucing dapat menyimpan energi dengan cara tidur lebih sering ketimbang hewan lain.
Lama tidur kucing bervariasi antara 12 – 16 jam per hari, dengan angka rata-rata 13 – 14 jam. Tapi tidak jarang dijumpai kucing yang tidur selama 20 jam dalam satu hari.


Sumber :
http://uniqpost.com/1014/fakta-unik-kucing-rumahan/
1 Agustus 2010

Kawinkan Anggora dengan Kucing Kampung

Dr Rosdiana Siregar SpKK Penyayang Kucing

Bermain bersama kucing memberi kebahagiaan tersendiri bagi Dr Rosdiana Siregar SpKK, ahli kulit dan kecantikan. Bahkan, dia rela menghabiskan waktu setengah harian untuk memandikan kucingnya yang berjumlah 54 ekor itu.

Saat ditemui wartawan koran ini di lokasi praktiknya, Rosdiana bicara panjang lebar tentang kucing-kucingnya. “Kamu suka memelihara kucing?” tanyanya kepada wartawan koran ini, Selasa (5/1) lalu di Klinik Kecantikan Paramita miliknya di Jalan Dr Mansyur Baru II No 4 Medan.

Menurut Rosdiana, dia bukan cuma penyayang kucing, tapi semua hewan peliharaan dia suka. “Mama saya dulu banyak juga peliharaannya, seperti angsa, burung merak, kucing, ayam dan lainnya. Mungkin itu sebabnya saya suka memelihara binatang rumahan, khususnya kucing,” bebernya.
Kenapa harus kucing? Wanita paruh baya ini dengan lugas mengatakan, dia suka memelihara kucing karena kucing merupakan hewan yang tiada daya dan upaya yang selalu dizalimi.

“Hanya gara-gara sepotong ikan, kucing diusir, dikejar-kejar dan dipukul. Saya sedih karena tak ada yang mau memberinya makan,” ungkap dokter spesialis kulit dan kelamin ini.

“Sebenarnya bukan cuma kucing. Saya juga suka memelihara ayam, bebek, burung dan lainnya. Tapi saya lebih memilih memelihara kucing, karena kucing ini binatang yang selalu di dalam rumah, jadi dia tidak kotor,” uangkapnya.

Rosdiana fokus memelihara kucing sejak lima tahun lalu. Kucing pertamanya berjenis kelamin betina dan diberi nama Cipluk. Cipluk ini kucing kampung yang datang sendiri ke rumahnya, kemudian dipeliharanya. Berselang beberapa tahun kemudian, seorang keponakannya memberinya kucing anggora jantan yang diberinya nama Kliwon alias Iwon. Iwon dan Cipluk dikawinkan dan memiliki anak tiga ekor. Ketiga ekor anak Iwon dan Cipluk diberi nama Devil Satu, Devil Dua dan Devil Tiga. “Diberi nama Devil karena ketiganya lasak, suka manjat sana, manjat sini. Terkadang memecahi barang-barang,” jelas ibu dari empat orang anak ini.

Meski lasak dan nakal, Rosdiana mengaku sangat menyayangi ketiga anak Cipluk dan Kliwon itu. Ketiganya dirawatnya dengan penuh kasih sayang.

Rosdiana mengungkapkan, ada peristiwa yang tak bisa dilupakannya, yakni saat Kliwon hilang pada 21 April 2009 lalu. Dia merasa sedih tak karuan. Sampai-sampai dia memasang iklan di koran terkemuka di Kota Medan. Untungnya, Kliwon berhasil ditemukan lagi.
Selain itu, ada beberapa kucing kampung yang didapatnya di jalanan. Seperti Si Pungut, kucing kampung berwarna hitam keabu-abuan. Diberi nama Si Pingut karena memang dia dipungut dari jalanan. Saat itu Rosdiana sedang makan di rumah makan di Jalan Sei Belutu, Medan Baru. Sedang asyik makan, dia melihat seekor kucing yang sedang menjilat-jilati ikan.

“Saya lihat dia sepertinya kesusahan untuk makan. Saya dekati, ternyata dia sedang terluka. Nggak tahu, apakah kena tabrak atau kenapa. Lantas, saya bantu kucing itu makan dengan mengupasi daging ikan tersebut. Karena kasihan, saya pungut dia untuk dibawa ke rumah,” ungkapnya.
Setelah dibawa ke rumahnya, dia merawat kucing itu. Diberinya obat, vitamin dan makanan yang enak-enak. Sekarang kondisi kucing itu sudah sehat. “Tapi, mulutnya sedikit miring bekas lukanya,” ungkapnya.

Dari 54 ekor kucing miliknya, delapan ekor kucing anggora dan selebihnya kucing kampung. “Sebenarnya kucing anggoranya ada 11 ekor, satu meninggal, dua lagi hilang,” bebernya.

Semua kucing-kucing itu mendapat perlakuan yang sama. Namun ada beberapa kucing yang dikandangkan dan ada juga yang dilepas. “Yang dilepas umumnya kucing kampung, sedangkan kucing anggora saya kandangkan,” jelasnya.

Bahkan agar kucing-kucing tersebut tidak stres, dia memberi beberapa mainan di kandang kucing tersebut, seperti ayunan, tangga dan lainnya. (ade)


Rp6 Juta untuk Makanan Saja

Memelihara ku ucing tak cukup hanya dengan memberi makan. Tapi harus ada perawatan khusus agar kucing tetap sehat. Dalam memelihara dan merawat kucing, Rosdiana tak menghiraukan berapa biaya yang harus dirogoh dari koceknya.

“Setiap hari kucing-kucing saya ini saya beri makan pelet dan susu merek Royal Canin dan Sience Diet. Minumnya pun saya beri air masak,” kata Rosdiana. Untuk makanan saja, lanjutnya, dia harus mengeluarkan biaya minimal Rp6 juta sebulan. Itu belum termasuk obat dan biaya perawatan lainnya.

Menurutnya, setiap pagi sekira pukul 05.00 WIB, kucing-kucingnya dilepaskan di pekarangan klinik kecantikan miliknya. Kucing-kucing itu dibiarkan bermain hingga pukul 08.00 WIB. Selama kucing-kucing itu dilepas, dia dibantu dengan beberapa pembantunya membersihkan kandang.
“Setiap hari kandangnya disemprot anti virus. Supaya virus penyakit yang ada di kandang itu mati,” bebernya. Selama bermain, dia juga memeriksa kesehatan kucing-kucingnya. Jika ada yang terlihat lemas, tidak semangat, langsung diberi obat.

“Kucing-kucing ini ada juga kartu menuju sehatnya. Jadi kesehatan kucing-kucing ini selalu diperiksa secara rutin,” ungkapnya.
Khusus hari Sabtu, seluruh kucing wajib dimandikan. “Untuk memandikan kucing-kucing ini membutuhkan waktu setengahharian. Biasanya saya mulai dari pukul 06.00 WIB, selesainya sekitar jam 01.00 WIB atau jam 02.00 WIB,” katanya.

Menurutnya, bagi kucing yang baru melahirkan, akan diberi makanan ekstra dan susu untuk menjaga kesehatannya. “Kucing ini hampir sama dengan manusia. Kucing saya yang bernama Cindy pernah tiba-tiba lemas. Rupanya dia kekurangan kalsium. Setelah saya beri kalsium sekira 1,5 cc, dia mulai sehat lagi. Ada juga kucing yang berpenyakit gula. Obatnya sama dengan manusia, tapi dosisnya saja diperkecil sesuai dengan berat badan kucingnya,” jelasnya.

“Kucing anggora saya yang meninggal itu kan gara-gara dia sakit perut. Saya terlambat memberi obatnya,” sambungnya lagi.
Disebutkannya, ciri-ciri kucing sedang sakit yakni, terlihat seperti kelelahan dan lesu. Menggelengkan kepala secara berlebihan. Selera makan menurun atau bahkan meningkat secara mencolok. Juga mengkonsumsi air secara berlebihan. Adanya cairan abnormal yang keluar dari lubang-lubang di tubuhnya seperti mata, hidung, telinga dan sebagainya. (ade)


Kesabaran, Modal Utama

Bagi Anda yang ingin merawat dan memelihara kucing, disarankan agar memiliki kesabaran. Sedetail apapun Anda mengetahui tentang kucing, tidak ada artinya jika Anda tidak pernah memiliki kesabaran.

Dari beberapa sifat kucing, tentu ada yang membuat kita senang maupun marah. Kucing adalah makhluk hidup seperti kita. Karenanya, kucing juga butuh kasih sayang. Nah, bagaimana kriteria yang bagus dalam menyangi kucing dengan sabar.

Jangan marah jika kucing buang air besar sembaranagan. Sediakan tempat yang ada pasirnya. Biasakan kucing Anda untuk buang air besar di sana. Jangan marah jika cakar kucing Anda ada di mana-mana. Itu hal biasa untuk menunjukkan daerah kekuasaannya.

Sediakan tempat makan dan minum yang tempatnya selalu sama. Jadi, si kucing tahu tempat di mana dia akan makan. Bahkan kalau perlu, pastikan waktu makan dan minum selalu sama setiap hari. Selalu rawat bulu-bulunya dan jangan lupa untuk memomtong kukunya.
Dan ingat, jika Anda tidak punya kesabaran, jangan harap Anda bisa melakukan hal-hal di atas. Padahal, hal-hal semacam itulah yang paling penting yang akan membuat si kucing happy dengan Anda.

Yang harus diingat juga, kucing itu penyuka daging, penyuka makanan enak-enak. Jadi, Anda juga harus sabar dan rela merogoh kocek Anda untuk membelikan makanan. (net/bbs)


Sumber :
http://www.hariansumutpos.com/2010/01/25568/kawinkan-anggora-dengan-kucing-kampung.html
10 Januari 2010

Merawat Kucing Peliharaan


Kesabaran dan kasih sayang merupakan kunci utama memelihara perliharaan.
Apakah itu kucing, anjing, unggas atau binatang lainnya.
Pengetahuan tentang anatomi dan sifat-sifat dasar binatang peliharaan juga mutlak diperlukan.
Dengan pengetahuan yang cukup akan memudahkan perawatan dan pengambilan tindakan dini jika terjadi perubahan fisik. Sakit misalnya.
Berikut adalah beberapa langkah dan tindakan yang perlu diperhatikan ketika memutuskan untuk memelihara kucing. Apakah itu kucing ras atau lokal.

.........................

Sudah menjadi sifatnya, kucing termasuk binatang yang malas dan suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Karena sifatnya ini tak jarang membuat pemiliknya marah.

Sebagai makluk hidup kucing juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Meskipun tindakan yang dilakukan kucing merugikan tidak perlu marah dan tindakan frontal dalam mengajari kucing mengikuti kehendak kita. Berikut hal -hal yang perlu diperhatikan dalam merawat kucing:

1. Jangan keburu marah jika kucing Anda kencing atau buang air besar sembarangan. Untuk mengatasinya arahkan kucing yang akan buang hajat ke tampat yang Anda kehendaki. Seperti menyediakan kotak berisi pasir. Langkah ini memang tidak sekali jalan. Diperlukan ketelatenan untuk membiasakannya.
2. Kucing akan meninggalkan bekas cakar di mana saja. Terutama pada kursi. Tidak perlu marah karena ini merupakan salah satu risiko memelihara kucing. Untuk menunjukkan wilayah kekuasaannya kucing meninggalkan bekas cakar atau aroma kencing.
3. Sediakan tempat makan dan minum khusus di lokasi tertentu. Jika Anda memilihara lebihdari satu kucing pastikan masing -masing memiliki tempat makan dan minum dan lokasi berbeda. Jika tempat makan lebih dari satu tiap kucing pastikan bentuk dan warnanya sama. Secara alamiah kucing akan menghampiri tempat makan yang diperuntukkannya. Upayakan memberia menu makan yang sama setiap harinya.
4. Rawat bulu-bulunya
5. Dua minggu sekali lakukan pemotongan kuku.
6. Terus menambah pengetahuan tantang kucing.

Sudah menjadi kebiasaan kucing suka memakan ikan. Ada dua jenis ikan yang layak diberikan:
Ikan putih, yaitu ikan yang mempunyai komposisi zat makanan yang mirip daging tanpa lemak ( 2 persen).
Ikan berminya, adalah ikan yang mengandung banyak lemak dan mempunyai banyak vitamin A dan D yang tinggi. Contohnya adalah Tuna. Jika pemberian ikan berminyak terlalu banyak akan menyebabkan kegemukan.
Upayakan ikan yang diberikan sudah matang.

Kucing Tua
Tingkat stres yang dialami kucing berbanding lurus dengan umur. Semakin tua semakin tinggi tingkat stresnya. Catatan di bawah bisa dipergunakan sebagai referesi dalam mengurangi tingkat stres kuing tua :

1. Beri alas (karung atau selimut) pada tempat tidur favorit si kucing.
2. Kucing yang sudah tua biasanya tidak suka makan, karena adanya pembengkakan gusi dan gigi. Lebih baik makanan dan minuman yang diberikan dalam keadaan hangat.
3. Semakin tua, aktivitas kucing makin banyak tidur. Karenanya jangan terlampau banyak memberinya makan. 4. Terlampau banyak makanan akan mengakibatkan kegemukan. Bila perlu ajari diet.
5. Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Terutama kesehatan gigi -gusi dan darah. Jangan lupa memberinya vaksinasi.
6. Jika Anda bepergian dan kucing tetap ditinggal di rumah usahakan ada yang merawatnya.


Saat Sakit
Seperti halnya manusia kucing juga akan sakit meski kita sudah merawatnya dengan sangat baik. Salah satu poin utama dalam perawatan adalah mengetahui kapan mengalami gangguan kesehatan. BYaitu dengan melihat tanda-tanda kucing yang sakit. Tanda-tanda ini sama untuk kucing apapun seperti kucing persia,kucing anggora atau jenis kucing lainnya dan juga sama rata baik itu kucing muda atau kucing yang tua.

Berikut ciri-ciri kucing sedang sakit (kucing lokal, persia, anggora):

1. Kelelahan dan lesu
2. Menggelengkan kepala secara berlebihan
3. Selera menurun atau pun bahkan meningkat secara cepat
4. Mengkonsumsi air secara berlebihan
5. Adanya cairan abnormal yang keluar dari mata kucing, hidung, telinga dsb.
6. Sulit membuang kotoran
7. Berat badan dapat naik ataupun menurun secara dratis
8. Menjadi lebih agresif dan hiperaktif
9. Berjalan pincang, atau sulit berdiri
10. Ada bagian-bagian tubuh kucing yang membengkak

Jika menemukan salah satu ciri-ciri di atas berarti kucing Anda tengah sakit. Segeralah diperiksakan ke dokter hewan.


Sumber :
http://jongjava.com/web/hobby/569-merawat-kucing-peliharaan
27 Desember 2009

Kenapa Kucing Tidak Bisa Jatuh Terbalik?

Anda mungkin pernah lihat kucing yang jatuh dari tempat tinggi kemudian membalik tubuhnya dan bisa mendarat dengan mulus dan tidak mengalami cedera. Kenapa bisa? Hal ini terjadi karena kucing (dan beberapa hewan lain) punya sistem keseimbangan dan koordinasi yang luar biasa. Sistem inilah yang membuat kucing, ketika jatuh, akan menyadari dalam posisi apa dia jatuh. Kalau dia jatuh dalam posisi terbalik, dia akan segera memutar tubuh sehingga kakinya berada di sebelah bawah, dan bersiap untuk mendarat.

Mendaratnya juga tidak asal meregangkan kaki. Kalau manusia jatuh dari tempat tinggi dengan kaki ke bawah, biasanya pasti patah kan. Kalau kucing pinter, mereka setelah memutar kaki ke bawah, segera meregangkan kakinya sehingga angin menahan jatuh tubuhnya. Dan saat bersentuhan dengan tanah, kakinya langsung ditekuk supaya mengecilkan efek jatuhnya.

Rekor tertinggi pernah mencatat bahwa kucing pernah jatuh dari ketinggian lantai 46 tingkat (walaupun sambil jatuh dia sempat mantul-mantul ke kanopi) dan tetap bisa bangun dan berjalan dengan agak terpincang, luar biasa kan.

Kalau manusia kemungki mati tuh. Tapi penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kucing jatuh, makin banyak tulangnya yang patah. Itu bisa terjadi hanya jika ia terjatuh minimal dari batas lantai 5 tingkat saja. Lebih dari itu, jumlah tulang kucing yang patah menurun drastis, apalagi kalo semakin tinggi.

Nah rahasianya adalah, kucing (dan beberapa hewan lainnya) punya apa yang disebut dengan terminal velocity, yaitu kecepatan jatuh maksimum yaitu 60 mil perjam. Saat kucing jatuh, sesuai hukum fisika, kecepatan jatuh si kucing makin bertambah.

Ternyata, saat kecepatan jatuh kucing mencapai terminal velocity, di saat itulah kucing merasa paling rileks dan nyaman. Maka dia mulai meregangkan kakinya seperti bajing loncat untuk mengurangi efek jatuhnya.

Nah itulah sebabnya makin tinggi dia jatuh, makin ada kesempatan untuk dia merasa rileks. Itu juga sebabnya kalau dijatuhin dari tempat yang rendah, dia tidak sempat ngerasa rileks. Makanya jatuhnya lebih berasa.


Sumber :

http://www.adipedia.com/kenapa-kucing-tidak-bisa-jatuh-terbalik/
14 Mei 2010

Kucing Persia, Si Manja Berbulu Istimewa


Kucing, merupakan satwa yang sangat lekat dengan kehidupan manusia. Itu bisa dilihat dalam kehidupan liar kucing, maupun yang dipelihara. Namun yang pasti, hewan yang satu ini pada zamannya pernah menjadi suatu lambang status bagi orang Mesir misalnya. Kucing memang banyak jenisnya, seperti Angora, Burmase, Siamase, dan Persia. Hanya saja untuk kali ini yang akan diungkap ialah jenis kucing Persia yang punya bulu panjang.

Anyelir terlihat begitu menggemaskan. Ia tampak manja menggayuti bahu sebelah kiri sang nyonya, Henny Retnowati. Tak sedikit pun badan Anyelir bergeser walau ia sudah dikerubuti banyak orang. Bulu putihnya yang halus seperti kapas jadi daya tarik selain gaya manjanya tadi. Kalau Anda ikut berjumpa, dijamin akan tergerak untuk ikut membelai.

Anyelir adalah satu contoh kucing Persia. Menurut Russy Erwin, dari Indonesian Cat Association (ICA), di Indonesia kucing Persia jadi favorit para pehobi. Sebab, kucing ini punya bulu lebat dan panjang, tebal serta variasi bulu dengan pola yang teratur dipadukan dengan warna bulu matanya yang indah dan menawan.
Bila dilihat dari asalnya, kucing Persia ini, dikenal sebagai ”Longhaired Cat” yaitu ras kucing yang memiliki keistimewaan, terutama bulunya yang panjang. Dilihat dari asalnya, kucing ini sesungguhnya berasal dari Persia, Iran, dan dibawa masuk ke Eropa pada abad ke-16.

Pada zaman Victoria, konon kucing ini menjadi simbol keagungan dan kekayaan. Sehingga kucing-kucing jenis ini, memang hidupnya sangat lengket dengan kehidupan para bangsawan di zamannya. Kini, kucing ini telah melanglang buana hingga ke berbagai negara di dunia dan beranak-pinak. Tak jarang tetap memakai nama Persia, padahal kucing tersebut diimpor dari Inggris, Amerika Serikat, Belanda, dan Rusia.
Banyak orang yang tertarik dengan berbagai macam kucing, terutama jenis kucing yang memiliki bulu panjang, lebat dan warnanya yang indah. Selain bulunya yang panjang itu, tubuhnya pun enak dan sedap dipandang mata, karena bertubuh montok dan lembut.

Ternyata bagi para pehobi berat, kucing Persia tidak dipelihara hanya sebagai hobi semata, tetapi juga mempunyai daya tarik tersendiri.


Menggemaskan

”Kucing itu menggemaskan,” sebut Henny Retnowati, pemilik Anyelir White Candy, kucing Persia betina yang berumur tiga tahun. Kecintaan Henny pada kucing sebetulnya sudah dimulai sejak masih kanak-kanak. Waktu itu, ibu dua anak ini memelihara kucing kampung.

Kisah perkenalan Henny dengan kucing ras, terutama Persia dimulai pada 1996. Ceritanya, waktu itu dirinya sedang jalan-jalan di Gadjah Mada Plaza dan melintas di depan sebuah pet shop. Di situ ia membeli sepasang kucing. Ternyata kucing yang dibeli tadi tak menghasilkan keturunan seperti yang diharapkan. Lalu Henny pergi ke Pandanwangi Cattery, Bandung.

Di Pandanwangi Cattery, Henny banyak belajar kepada Heri Marwanto (52), sang pemilik. Sejak itu, ibu ramah ini berhasil mengembangbiakkan kucing-kucing kesayangannya itu. Kini, hanya delapan ekor yang dipelihara Henny. Di antaranya, Anyelir White Candy (runner up Persian female in pedigreed class di ICA Cat Festival 2003), Mithril (runner up kelas Neuter di ICA Cat Festival 2003), Shalimar dan Gema.
Saat ditanya mengapa kucing Persia yang dipilih, Henny dengan yakin menyatakan bahwa kucing ini punya bulu yang istimewa, panjang dan tebal. Apalagi ia senang dengan satwa yang berbulu panjang. ”Dia itu lucu, manja dan mengerti kalau kita sayang.”

Manja dan berbulu istimewa itu ternyata juga berhasil memikat Russy Erwin. Kucing yang punya tampilan pesek itu paling suka diajak bercanda. ”Karena senang diajak bercanda dan manja, saya jadi suka dengan kucing ini,” tutur ibu berusia 39 tahun ini.

Pada awalnya, Russy mengaku tak suka dengan kucing. Ia takut tertular protozoa Toxoplasma gondii. ”Suatu saat anak saya minta dibelikan kucing Persia sebagai hadiah ulang tahun. Ternyata harganya kok mahal, sekitar satu juta rupiah. Saya kira cuma 200.000 saja,” kisah Russy. Karena terus merengek akhirnya ia membelikan sang anak kucing Persia. Lama-kelamaan, Russy tertarik karena sifat-sifat yang dimiliki kucing pemalas.
Untuk menambah pengetahuan, Russy ”lari” ke Pandanwangi Cattery. Seluk- beluk perawatan dan pemiliharaan ia pelajari dengan saksama. Akhirnya semua ketakutan itu hilang. Selain dari Heri Marwanto, Russy juga memperdalam ilmu kepada dokter hewan.

Kini, koleksi kucingnya tinggal 15 ekor saja. Sebelumnya, berjumlah total 60 ekor. ”Saya pikir punya kucing banyak-banyak untuk apa. Terlalu banyak malah nggak terkontrol. Lebih baik sedikit tetapi kualitas dan kesejahteraan kucing bisa ditingkatkan,” jelas ibu dua anak ini.

Walau punya banyak kucing, Henny dan Russy sama-sama tak merasa repot. Mereka tetap menemukan keasyikkan tersendiri ketika mengurus kucing-kucingnya. Keduanya tetap meluangkan waktu untuk memandikan dan mengeringkan kucing. Selain lebih murah, sekaligus bisa menebar kasih sayang kepada satwa kesayangan. ”Setiap dua minggu sekali, kucing-kucing saya harus dimandikan,” sebut Russy.
Yang namanya cinta memang bisa bikin ”gelap”. Kepuasan adalah segalanya. Walau harus mengeluarkan bujet rutin sekitar satu juta rupiah per bulan untuk kebutuhan pakan dan pasir, Russy mengaku tak ada masalah. ”Angka itu di luar kebutuhan vaksin, shampoo dan vitamin.”

Jadi buat Anda yang tertarik mencoba koleksi, tampaknya harus perhitungkan betul kondisi keuangan. Harga beli kucing Persia memang tak sembarangan. Yang biasa-biasa saja, sekitar 600.000 sampai satu juta rupiah. Menurut Heri Marwanto, kucing Persia berkualitas kontes, anakan dengan umur tiga bulan harganya antara tiga sampai lima juta rupiah. ”Kalau yang impor, bisa sampai puluhan juta,” tukasnya dengan nada serius. Fantasis kan? (SH/bayu dwi mardana)


Keterangan Gambar :
Dok. Henny Retnowati
Mithril. Kucing Persia jantan asal New Zealand, peraih runner up kelas Neuter di ICA Cat Festival 2003.


Sumber :
http://www.sinarharapan.co.id/feature/hobi/2003/0611/hob1.html

Kucing Toyger


Sejarah

Ras kucing ini merupakan hasil persilangan kucing domestik dengan bengal. Tujuannya untuk menghasilkan harimau kecil yang bisa diajak main dan dipelihara di dalam rumah. Kata Toyger sendiri merupakan singkatan dari "Toy Tiger" (harimau yang bisa diajak main).Ras Toyger ditemukan dan dikembangkan oleh Judy Sugden, pemilik sebuah Cattery di Amerika yang bernama "EEYAAS Cattery". Toyger dihasilkan dengan cara menyilangkan kucing domestik belang (tabby) yang berbulu pendek, dengan Bengal Tabby Standar. Setelah bertahun-tahun kerja keras, perkawinan kucing-kucing ini menghasilkan kucing-kucing dengan warna belang menyerupai harimau.

Ras ini masih dalam pengembangan.Pertama kali diakui untuk registrasi oleh The International Cat Association (TICA) pada awal tahun 1990-an. Beberapa breeder di AS dan Inggris berusaha mengembangkan ras ini. Toyger mendapatkan status Preliminary New Breed pada tahun 2000. Dan pada bulan Mei tahun 2007 ini diharapkan mendapatkan status penuh dalam kontes kucing (Championship Status).


Karakteristik

Toyger adalah kucing berukuran sedang dengan bulu menyerupai bengal. Toyger mempunyai temperamin yang baik dengan kesehatan yang baik dan relatof tahan terhadap penyakit.
Warna ideal adalah warna oranye tua dengan belang hitam seperti pada harimau. Pola belang harus memanjang tanpa ada spot. Telinga kecil dan bulat. Secara keseluruhan Toyger mempunyai struktur pertulangan yang padat dan seimbang.


Temperamen

Toyger adalah kucing yang penyayang, cerdas, senang tidur tetapi cukup aktif dan agresif. Mudah dilatih mudah beradaptasi dengan anak-anak atau hewan lain. Pada saat ini beberapa garis keturunan toyger memiliki sifat cukup vokal (sering mengeong)


Sumber & Foto : Hicats.com, Kompas, National Geographic.

Sumber :
http://kucingkita.com/content/toyger

Asal Muasal Sikap Liar dan Manja Kucing

ahukah Anda bahwa kucing domestik alias kucing “kampung” yang kita jumpa setiap hari ternyata berasal dari kucing liar yang melakukan kawin campur lebih dari 100.000 tahun silam.

“Kucing rumah, termasuk kucing hias, membentuk kelompok genetika yang tak dapat dibedakan dari Timur Tengah,” ujar Stephen J. O’Brien dari National Cancer Institute (NCI) seperti yang dimuat di jurnal Science belum lama ini.

Adalah Carlos Driscoll, dari Oxford University dan NCI tergabung dalam tim internasional yang mempelajari asal muasal hewan peliharaan yang manja ini. Namun riset ini cukup serius juga, sebab kucing adalh model bagi sejumlah penyakit genetik manusia seperti gangguan ginjal dan pengelihatan. Lebih dari itu riset ini diharap bisa mendorong kegiatan perlindungan terhadap spesies kucing liar.

Nenek moyang kucing berasal dari lima jenis kucing liar, namun bukan berarti mereka mengalami proses domestikasi sebanyak lima kali, demikian menurut Driscoll. Lima jenis kucing ini berasimilasi dalam beragam waktu berbeda dan menghasilkan spesies Felis silvestris lybica, nenek moyang kucing modern.

“Ini adalah eksperimen yang menakjubkan dimana hewan kehilangan sisi liarnya,” ujar O’Brien. Kucing dikenal juga dengan sikap ganasnya, sekaligus juga sifat manja dan lembut. Berarti memang pada dasarnya kucing di masa silam adalah hewan ganas yang bermetamorfosa menjadi hewan peliharaan di masa kini.

Ilmuwan menemukan bahwa kucing liar memiliki kesamaan DNA dengan kucing domestic di Israel, Emirat Arab, Bahrain dan Arab Saudi. Setelah mempelajari mitokondria DNA pada 979 kucing liar dan domestik seantero Asia, Eropa dan Afrika, mereka menyimpulkan bahwa asal muasal spesies ini sudah berkembang sejak 130.000-160.000 tahun silam. Mitokondria DNA ini diturunkan melalui ibu ke anak.

Bukti arkeologi hubungan antara manusia dan kucing pertamakali ditemukan 9500 tahun lalu di Ciprus. Kucing-kucing liar yang juga terlibat dalam studi ini adalah kucing liar Eropa Felis silvestris silvestris, kucing liar Asia tengah , F. s. ornata; kucing liar sub Sahara Afrika, F. s. cafra, dan kucing gurun Cina , F. s. bieti.

*Diterjemahkan secara bebas dari Associated Press (AP). *

Sumber :
Merry Magdalena
http://netsains.com/2007/06/asal-muasal-sikap-liar-dan-manja-kucing/
29 Juni 2007

Bahaya Pelihara Kucing

Ternyata memelihara kucing di rumah itu ada risiko tertular beberapa jenis penyakit. Satu yang paling harus diwaspadai, bila membawa penyakit toxoplasma . Nahhh .. Ini sejenis parasit yang hidup di usus kucing. Maka parasitnya berpotensi menulari lewat tinja kucing.

Karena tinja kucing berceceran di sekitar rumah, bisa jadi parasit juga berpotensi tersebar di sekitar permukaan tanah, lantai, dan pekarangan rumah. Parasit juga melekat pada bulu, mulut, dan wadah bekas makan kucing. Nahhh .. tu wilayah yang perlu diwaspadai ya!

Parasit dalam usus kucing ini juga bisa hidup di tubuh manusia. Maka kita sebut penyakit hewan yang bisa juga pada manusia atau zoonosis. Berdekatan hidup dengan kucing berisiko tertular parasit ini. Tenang dulu Tentu tidak semua kucing membawa parasit ini. Hanya kucing yang tertular saja yang menjadi sumber penular.

Bukan hanya kucing. Bisa juga anjing, kambing, sapi, kerbau, atau hewan apa saja yang tertular parasit ini. Biasanya hewan yang merumput. Kambing dan kerbau mendapatkannya setelah makan rumput yang sudah tercemar parasit ini. Kotoran kucing yang berceceran terbawa kaki kucing ke rumput yang kemudian dimakan kambing atau hewan pemakan rumput lainnya.

Parasit dalam bentuk kiste yang masuk ke tubuh kambing atau pemakan rumput yang tercemar parasit akan tumbuh di dalam daging. Maka hati-hati makan daging kambing, kerbau, atau sapi setengah matang, jika ternyata ternak tersebut mengidap toxoplasmosis.

Bagi bayi, toxoplasma sama risikonya dengan pada orang dewasa. Namun kelak pada kaum Hawa, parasit ini menimbulkan masalah bila sedang hamil positif toxoplasma. Tahunya berpenyakit, dari pemeriksaan darah di laboratorium, kedapatan positif toxoplasma. Kehamilan dengan toxoplasma berakibat anak cacat dalam kandungan, kalau bukan anak mati. Maka sebaiknya tidak hamil dulu kalau positif toxoplasma.

Ada jenis penyakit lain yang dibawa kucing, berupa penyakit cacing. Tapi tidak lebih berbahaya dibanding toxoplasma. Cara mencegah agar tidak tertular, dengan menjaga kebersihan. Selain kebersihan lingkungan rumah, juga kebersihan perorangan, khususnya tertib mencuci tangan. Parasit dari sekitar rumah mudah melekat pada jemari tangan. Bila makan tanpa membasuh tangan dengan sabun sampai bersih, maka penularan toxoplasma berlangsung melalui jemari tangan ini.

Yang terpenting jaga kebersihan aja

Sumber :

http://dhieeewhe.wordpress.com/2009/03/28/bhay-pelhar-kucng/
28 Maret 2009

Kucing Anggora

Sebenarnya sampai saat ini penulis tidak tahu tulisan yang benar apakah angora atau anggora. Tapi karena kebanyakan pencari di internet menggunakan kucing anggora maka kita gunakan ini saja.

Karena banyak di internet yang jual kucing anggora dan bertanya harga kucing anggora. Jadi kita yang pakai dobel g itu saja.

Sebenarnya sejarah kucing anggora tidak bisa dilepaskan dari kucing persia. Mengapa? lihat artikel kucing di bawah ini :

Dari yang penulis tahu dulu kucing persia juga disebut kucing anggora. Hal ini terjadi beratus-ratus tahun yang lalu. Waktu itu kebanyakan orang menyebut kucing berbulu panjang dengan sebutan anggora. Dan kebayakan kucing tersebut terdapat di kota anggora (Kota di Turki) dan persia(Turki bagian timur). Sekarang anggora menjadi Ankara,ibu kota turki dan persia berubah menjadi negara iran.

Waktu itu katanya nggak ada perbedaan signifikan antara kucing anggora dan kucing persia. Jadi kucing yang dulu berasal dari persia (asal usul kucing persia) disebut kucing anggora.

Tapi persamaan itu akhirnya berakhir, ketika banyak orang eropa banyak berdagang di timur tengah. Dan membeli atau mendapatkan hadiah dari penjual kucing anggora. Kemudian kucing yang disebut anggora itu dibawa ke eropa.

Dan kemudian cat show di inggris membuat kucing berbulu panjang ini menjadi populer. Kemudian sifat genetik kucing anggora dan kucing persia dibedakan dan masing-masing menjadi jenis murni. Tapi jangan tanya harga kucing anggoranya waktu itu berapa ya? Aku juga nggak tahu

Akhirnya seperti yang kita tahu kucing persia memiliki ciri-ciri kucing seperti tubuh besar, tebal, kepala bulat dan badannya cobby. Sedangkan kucing anggora memiliki ciri seperti berikut :

1. Ukuran badan sedang
2. Badan panjang dan langsing
3. Kaki dan ekor panjang
4. Hudung mancung
5. Telinga besar
6. Seluruh kepala berbentuk segitiga
7. Ekor berbulu tebal dan mengembang
8. gaya anggun lemah gemulai (kayak penari aja)
dll

Harga jual kucing anggora sekarang ini mungkin sekitar jutaan. Umur 3 bulan biasanya dijual dengan harga 1 sampai 1,5 juta. Tapi ingat kalau mau adopsi kucing harus sudah siap dan mental..halah!


Sumber :
http://kucing.web.id/kucing-anggora/

Friday, October 1, 2010

Some Good News for the Month of Me



So, I admit to avoiding my own blog lately. It's not surprising after the last three posts about losing so many loved ones. This year has not been too kind to me and mine, and I guess I needed time to get my head together after all the sadness. Things are beginning to take an upward turn at last, perhaps because I am once again entering the month of me.

If you don't know me or are new to this blog, let me explain that I was born on October the 18th, 1969, and since I turned forty (last year), I decreed it time to be selfish and take an entire month to celebrate my birth. After forty years, we all deserve much more than just one lousy day. I say live it up while we still have our health. Last year's month of me was the best part of the year thanks to my dear friends who celebrated in style with me at Shakori Hills where Donna the Buffalo, the best band in the world, serenaded me, and I won't even tempt to top that this year. I am going for another Donna concert with friends this coming weekend,of course, but then I'm missing Shakori all together and opting for a week at the beach because it sounds like heaven right about now. I will be busily hunting beach glass, or laying like a barnacle on my blanket in the sand.


Anyway, just in time for the month of me, the wonderful news has hit the stands that I am to be one of the eleven women honored by the Academy of Women this year for outstanding contributions in the category of the arts. I was completely floored. So just a couple of days after my 41st birthday, I will have to stand up in front of the Central Virginia community and give an acceptance speech. There is, indeed, always a down side to every great thing. Still, they only want said speech to last five minutes...whew. The dinner and awards ceremony information can be found in the News and Advance article. Click the green Academy of Women link above for more info. The proceeds raised from the dinner will go to the YWCA of Central Virginia, whose motto is "eliminating racism, empowering women." So, come on out to help me celebrate the night and the other ten women who are being honored, and help an excellent cause in the process.

So, what other good news can I share? I am still working diligently on my graduate project and the painting and writing for this is moving right along. It seems to be flowing out of me these days. Of course, this leaves little time for anything else, like writing blogs and submitting new poetry and short stories to publishers, or calling, writing, and generally responding to invitations from my friends. I've even had to turn down or put off several excellent job and volunteer opportunities for worthy causes. There are just not enough hours in my day. I hope everyone will forgive me.



I did manage to squeeze out enough time to get my art entered into some shows over the summer. Thanks to my studio mate Terri, who reminded me of dates, kept me focused, and even picked up my art for me while I was away for school, I was able to take second place for my dragonfly photo in the Rockbridge Regional Show in July. I showed at Kaliedascope a few weeks ago, also. Thanks to all the friends and clients who came by to support me at the show.

Next, there will be three of my photos and two paintings inspired by my years living in Morelia, Mexico showing this month at the Bowen Center for the Arts in Bedford, Virginia for their "Latin American Show." If you are in the area, the show opens next Friday, October 8th and runs through the middle of November. Also, Art on 12th, where I have my studio, will be open to the public on Sunday, November 14th from 1:30-4 pm. We are located above the new Art Box on the corner of 12th and Grace St. in downtown Lynchburg. Come on by, enjoy snacks and conversation and see what all the fabulous artists in the building are working on.



So, that gives you a little taste of the positive side of my life, plus a a little taste of my art. Thought it might brighten up your days. Have a great month of me!

Wednesday, July 14, 2010

My Angel of Mercy


Ten years ago, I met my angel of Mercy. She did not come in the form I expected, no hail of glory, no white wings and glowing halo, but she was an angel and she saved me, none the less. We were introduced by a friend while I was still grieving deeply over the loss of Isabeau, my first Rottweiler, who had lost a long and horrible battle with cancer. Although I swore I would never put myself through the sorrow of losing another dog, my friend knew I was in need, and she happened to know a dog who needed me, too. Mercy was the angel I never saw coming.

One of the best things about Mercy was that she simply loved everyone. If you gave her a cookie and a pat on the head, she would help you carry the TV and anything else you wanted to the car. She loved kids, and often put up with whatever they could dish out. Five minutes after meeting my four-year-old cousin Grant, pictured above, she was wearing his Pirates hat and his blanket and playing Superdog without complaint. She seemed fine with helping Katie, who is two, get over her fear of big dogs, too.

When we met,she was named Mercedes and she was in serious need of help. I went to her house skeptical that I was not ready for another dog, that I could not handle the emotional attachment. But, when I saw Mercy at two years old, weighing nearly 200 pounds and suffering greatly from obesity, I knew I had to take her home with me. She was a sweet and lovable klutz who was badly in need of a health overhaul, not unlike myself. We dieted together, but she was much more successful at it than I was perhaps due to the personal trainer. I could be so regimented with her and am still unable to keep myself in line. Go figure. Anyway, she lost enough weight to make up a whole second dog until she was down to the normal 120 pound mark. In the deepest hours of my depression, helping Mercy made me stronger. She was a loving friend who pulled me back into the land of the living.

Mercy did not just rescue me, however, she rescued another, or actually we rescued her together. One day, on my way to work, I found a female Healer / Terrier mix in the middle of the road nursing a litter of puppies near the back gate to the zoo where I worked. About half of the puppies in the litter, there were a lot of them, resembled the male pure bred rottweiler, so they had their tails docked. Since the owner of the dogs had already been caught several times selling half breeds as pure, and since I was a member of the local humane society, we chose to confiscate the puppies. Later, all of the other dogs were removed from the owner and he was fined, as well.

The first puppy I picked up from the pile in the road burrowed under my hair and began to make a soft, whimpering noise. After helping the humane society volunteers who came out to help pick up all the dogs and capture the mother, I was still holding this one puppy under my chin, and I literally could not put her down. I so did not need a second dog, having just taken Mercy home and feeling like she was not even settled in yet. But, I took the puppy home thinking I would just elect myself in charge of finding the one pup a good home.

Mercy took immediate charge of the tiny, little thing, cleaning and protecting her. They romped and they played and their famous freedom races at the end of each day probably aided Mercy in losing that last pesky pound or two. My favorite game, however, started on the first day they met. Mercy would play tug-o-war with the puppy, offering her the favorite toy, and after tugging for a bit, she let the little one win the game every time. They laid together with the puppy tucked safely between Mercy's front legs every night to sleep. I found several friends with farms who were interested in giving the puppy a home, but when they came over to meet her, Mercy placed herself between them and growled. Nobody was taking her baby away, least of all me. So, I named her Cinco de Mayo, after the day I found her, and we call her Cinco for short.

Mercy, Cinco and I became a family, a pack if you will, and we have been the best of friends. Sadly, and most likely due to Mercy's obesity in her youth, she contracted both thyroid and cushings disease, both of which are endocrine diseases. She was diagnosed about a year ago. Although the thyroid was treatable, there is nothing much to do for cushings except treat her symptoms and keep her comfortable. Even the cutting-edge, best drugs for the disease are questionable and do nothing to cure the animals. In the end, it is degenerative and eventually shuts down the internal organs due mostly, I'm told, to an excess of steroids in the system.

Mercy was amazing all the way to the end. She never complained, and she always stayed in the best frame of mind. Even a trained observer like myself had a hard time telling when she suffered. Most dogs become depressed, stop eating, stop grooming, or show signs of hurting, but Mercy stayed stoic, eager to please, eyes bright, and happy to be alive even as her kidneys were shutting down. After the tremors began to cause her to flop around and kept her from walking well, and she started having trouble standing up and laying down, even when she stopped processing food well, and started flinching whenever she was touched, she was never depressed. She would just shake it off and move on as if nothing was wrong. But, after it became apparent she had made it to the acute renal failure stage, we finally made the decision today to prevent any more suffering.

Right up until the end, Mercy was giving me kisses and hugs and panting with her big, sloppy smile even as she splayed out on the hospital floor and was unable to stand back up. She seemed more concerned about me and why I was upset than the fact that she could not stand up on her own. Once I sat down on the floor beside her and gave her another hug, she seemed happy to just stay where she landed and let the doctor work on her. She let me hold her and gave me kisses right up until the very end, and I know that if any dog has a special place in heaven, Mercy does. I told her I thought St. Francis probably had another assignment for her already, some other lost soul who needs rescuing. Mercy literally saved me, and although I can't really speak for her, I'm betting Cinco would say the same. We already miss her more than words can express.

Thanks, my Angel of Mercy!

Sunday, July 4, 2010

A Cat Spangled Weekend



Last year, I caught all kinds of flack from my cat loving clients for posting a blog about my doggy friends over the 4th of July holiday. In particular, Chaplin Spies (pictured above) was not pleased to be left out. As I told them, this was because mostly, of all my pet friends the dogs are more cooperative about having their picture taken, and friendlier to the pet sitter all around. Although, there are a few exceptions to the rule, and in fairness to the cats, I decided it was time to post a blog in their honor. This one's for you Chaplin!

As it happens, this holiday I am sitting for just as many cats as I am dogs, for a change, and a few of them were spectacularly cooperative with the paparazzi. So, with the help of my handy cell phone. I would love to introduce you to a few of my catty friends.

Meet Abby, the cattiest of cats. She will cooperate with me only if I NEVER touch her. I think the photo conveys how she feels about me.



On the friendlier side, there are a couple of cats that keep me rolling in the floor most visits. The first of these is the wonderful Ted. You just never know what crazy antics you might happen upon when Ted is near.





Then there is Boots. He is the curious cat who comes when called. He may have been a dog in a former life.



I often wonder if he was named for his foot fetish. He is quite enamored with his own white toes.



Lucy is also quite the dog lover. Here she is with Max the Maltese who gives her a bath every evening while we watch TV.



No cat blog would be complete without my favorite curious cat, Boomer, who happens to be Lucy's brother.



I just have to slide the dog who thinks she is a cat in here. This is me with Sienna, my smallest cliet. They tell me she is a dog, but I am not so sure!



Finally, one last cat that I thought Chaplin might like the looks of. Chaplin, meet Stella the barn cat. She is a wild and crazy girl!



I hope you all have a fabulous 4th of July holiday. I will be hanging on the wild side with the cats and dogs, although I plan to squeeze in a little cookout by the pool with friends, too.

Also, if you have not already read or seen these links, I have a couple of published works out there this month. You can read my latest published poem at The Canary by Hip Pocket Press. I am indeed grateful and honored to be published there with the likes of Ann Fisher-Wirth and Thomas Berry. You can also view one of my paintings in an international online exhibition called Face the Music.

Have a safe and happy Independence Day!

Tuesday, June 8, 2010

Poppy Moves to Red Light District in the Sky

Never let it be said that Poppy did not tell you exactly what she thought. She spoke loudly if she felt the need. She and I had a lot in common that way. We also shared the distinction of having lived by many names, having had many friends who chose to call us assorted things, mostly out of affection. Poppy started life as Claireese, which was shortened further to Reese, and then somehow morphed into Poppy. Whatever name she went by, she was a fabulous cat who lived a charmed life, and thankfully shared most of it with me.

Twenty years ago, on Clairendon Drive, hence the original name, a road in downtown Dallas between Zoo north, the old part of the zoo, and the new Wilds of Africa on the south side, my friends Heidi, Amy and I rescued Poppy from four neighborhood dogs who had cornered her in a tree. We were on our way to the hay barn riding this little John Deere four wheeler - meets dump truck - meets tractor thingy that we referred to as " the green machine." It was loud like a Harley might sound if it had a really loose, rattling tail pipe, and yet, Poppy was so glad to be saved that she curled up under my chin and purred the whole way to the hay barn and the whole way back across the zoo to the Okapi Barn where she hung out with me until I went home for the day. She was mine and I was hers from the very first moment.

There are a lot of things she will be remembered for, but I think she is most notable for her own personal red light district. She was a fetishist of sorts, finding herself fond of using the litter box in the middle of my bed, regardless of the fact that I kept trying to explain the whole little box concept and how there should be litter and a box involved. She preferred doing her business in a bed and soon had to be relegated to the outdoors to live on our screened front porch. That first winter, we worried that she would freeze, so I bought her a heat lamp and plugged it in over her favorite bed. It made our front porch glow red that could be seen for blocks. After several undercover cops made excuses to knock on our door and check things out, a friend opted to take the naive girls aside and explain what a red light district meant. After some shock and a bit of laughter, we decided we liked it, opted to leave it, and told friends to look for it when we threw parties. In fact, we because known for our " Parties in the Red Light District." Poppy didn't care what people thought, why should we?

Never caring to be dubbed a slacker, Poppy helped to train every one of my dogs and a few of their friends and neighborhood canines. She was a good, but fair trainer who actually grew quite fond of Rottweilers, in particular. Yet another things we had in common. After teaching Isabeau who was the boss of every situation, she used to curl up on the bed next to her stomach and sleep for hours. With Mercy, she had already been relegated permanently to the out doors for crimes against the new mattress, so sleeping together was out. Still, she enjoyed hanging out by the pool with her in the summer. She would often use Mercy's back as a bridge between the table and the chaise loungers, so she could climb on top of the sun bathers and lay across our wet bathing suits and purr. I never said she wasn't a little bit strange.

Dearest Poppy, you will be missed! I like to think of you upstairs by the fire in a big cushy green chair with buddies TJ, Isabella, and Opal all sleeping in a pile and Isabeau maybe curled up on the floor. Maybe Gramma is there, too. Who knows. Wherever you are, it was a pleasure to have shared my days with you, and I hope we meet again!

Wednesday, May 12, 2010

Interning with Pam Longobardi

Well peeps, the time is here and I am so stoked I can barely see straight. I leave ultra early in the morning on Saturday for the long drive to Atlanta and my long awaited internship with the fabulous artist Pam Longobardi. We met quite serendipitously while I was working an internship for my undergraduate studies at The Maier Museum of Art. I walked into the room to help hang the show which was focused on artists addressing environmental issues, to find Pam busily pinning to the wall small pieces of colorful, plastic trash she had collected off of South Point Beach on the Big Island of Hawaii to create an eye color test chart that read Dead C in its center. I happened to be wearing a necklace I had created from beach glass collected off that very same beach. We bonded instantly over our mutual love of Hawaii, the ocean, and all things environmental. Now, several years later, after Pam and her wonderful Drifter's Project have been shown all over the world (pictured here at the Art Life Gallery in Venice), and I have dutifully continued trudging through school hoping to learn how to create such amazing and inspired environmental art works as Pam, I have been given the incredible opportunity to work with her on her latest installation called Material Drift in the Sandler Hudson Gallery Atlanta next week. So, in honor of this exciting moment, I have copied the link to my article on Pam's upcoming show recently published at Got2BeGreen. It has all the details on Material Drift opening May 21st in Atlanta. I hope to see some of you there. Thanks to Pam for providing this opportunity and the photo of her work.
For more go to Got2BeGreen.

Monday, April 19, 2010

The Long Journey Home

While my 91 year old Gramma was in the hospital with pneumonia three weeks ago, I began to paint the clouds in the sky after one particularly hard night. She was begging God to let her die, while all I could do to help was hold her hand. We prayed together that he would hear her and take her home. Finally, after several hours, she let me sing her back to sleep. The next day, my mind was on the clouds, and so I began to paint.



Initially, I bought the large sheet of Yupo paper to attempt a portrayal of the monarch butterflies, a subject I'm often moved to paint because of my connection to their wintering grounds near my childhood home of Morelia, Mexico. In the past, I have painted the monarchs with the memory of standing among billions of them at the Del Rosario Monarch Sanctuary north or Morelia.



This time, I wanted to paint the beginning of their journey from here in the Blue Ridge Mountain of Virginia all the way back home to the exact spot of their births. In my mind's eye, I pictured a mountain landscape, the view off a favorite overlook on the Blue Ridge Parkway with a few butterflies fluttering around. But, after Gramma's horrible night, my head was in the clouds and I thought, "I'll just buy another sheet of paper later."



As I painted, however, I could not help but think of Gramma's struggle to die as a long journey not unlike that of the monarchs. I have always been fascinated by the thought of these tiny, seemingly frail butterflies and their ability to traverse continents in a few weeks only to breed and die.



Likewise, Gramma had become a frail, little thing struggling against the elements with each passing day. Having been diagnosed with severe dementia many years ago, she had very little hearing left, and macular degeneration had claimed her eyesight, too. She had very little quality of life for such an independent and active person, and she kept saying she had lived entirely too long already. It seemed she was ready to die, but just wasn't sure how to begin the final journey.



We prayed every night Gramma was in the hospital that God would take her, but alas once more she pulled through the pneumonia and returned to her home at Heritage Green Assisted Living a week later. At the time, she was diagnosed with the beginning stages of congestive heart failure as the underlying cause for the fluid in her lungs.



Then, last Saturday at four in the morning while I has home alone for the weekend, the nursing home called to say Gramma had fallen and cut her arm, that I should meet her at the emergency room. When I arrived, they already had her on a stretcher and were giving her high levels of oxygen. The nurse felt her low count might have been part of the reason she fell trying to get out of bed. Gramma was only in minimal pain, however, because the skin tear on her arm was superficial, and with her poor circulation, she really didn't feel it much unless they were touching it. Thankfully, there were no broken bones.



That night was our blessing. With the high levels of oxygen, Gramma was very lucid and clear-minded for a woman in her condition. So, for the four hours it took to find out she was officially okay - they literally applied Neosporin and gauze - she and I were able to really talk for the first time in ages. At some point, I told her I would give her memory back if I could. She really seemed to like that. I told her I loved her, and for once, I knew she heard me and understood.



That night was God's gift to us both. I'm sure of it. At long last, I drove her back to the nursing home and we got her tucked up in bed in her favorite pink pajamas under the quilt my aunt made for her last Christmas. Reluctantly, I left her when she said she needed to sleep, and by the time I arrived to check on her that evening, she had faded back into her dementia.



The next day, I returned to my studio and began to paint small butterflies onto my finished sky. Without much real thought, I landed on the number four. At first, I considered painting a whole trail across the sky, but once the first was painted and I saw the impact of the tiny creature in the large expanse of blue, that idea went right out the window.



In hindsight, I think the number four was my unconscious need to represent the four directions, earth, air, fire, and water, or north, south, east, and west, because I always give thanks to the four directions in my own spiritual practices. After several tries over a period of days, I got my butterflies just the way I wanted them and my painting was complete, except for my least favorite thing...figuring our how to frame it.



In the meantime, the nursing home staff began Gramma on short treatments of oxygen, but over the week her skin began to look grayish, and she seemed less responsive at times. My cousin Jason was scheduled to visit her on Tuesday, and he commented on how bad she looked. We assured him she had an appointment to see her doctor Thursday afternoon. They were planning to check her arm and discuss how they might manage keeping her on oxygen. We wondered if they could keep her from removing it all the time, because after about five minutes, she would not remember why it was in her nose and take it right back out.



Alas, that doctor's visit was not to be. Thursday at 11:30 the staff got Gramma cleaned up and dressed and had her in the wheelchair ready to go. But, when Mom arrived, she was slumped in her chair and not responding at all. After checking her over, the staff felt she had gone into acute cardiac failure, and they called for an ambulance.



I was at The Framery where I get most of my works framed. I decided long ago to save my sanity by never again attempting to cut my own mats. The guys who run the little frame shop down the street from my studio are great about letting me bring old frames I scavenge from garage sales and antique shops and cutting them to fit my work. Then, all I have to pay for is the matting and a small fee for the cuts. Plus, I get the added benefit of recycling old, used frames that might otherwise end up in our county landfill.



For my sky painting, I had chosen a silver frame and a warm, white mat that matched the color of my clouds. Having just unwrapped the work to see it for the first time in its entirety, my phone rang. I answered Mom's call excited to tell her how great the painting looked only to find out Gramma was being rushed to the emergency room.



During the long afternoon and evening ahead, Gramma was mostly unresponsive, and her breathing had taken on this loud, rattling sound. Every now and then she would moan, and I would talk to her until she calmed back down and slept. It seemed like forever before they finally admitted her officially and called our doctor's group in to consult.



Thankfully, we got Doctor Woodward. While he was assessing Gramma, he began discussing our options for treatments to remove the fluids from her lungs. I said that if I could convince him to do a Dr. Kevorkian I would. I complained about the fact that we had just been able to euthanize our elderly, suffering cat several weeks ago but could not offer the same dignity to my own Gramma. He responded that we were often more humane to our animals, but then miracle of miracles, he began to talk to my family about the option of "comfort care." He admitted that the hospital did not have to treat her at all, but could just give her pain medications and keep her comfortable until the end.



Gramma already had a DNR (Do Not Resuscitate) order in her living will, so it seemed we knew where she stood on the issue. Plus, the doctor admitted that even it they treated the fluid in her lungs, they had nothing to help heart failure of this stage, and we would simply be prolonging life until her lungs filled up with fluids again in short order. It seems a no brainer, but in the face of actually making the choice, we were all a little hesitant. How do we know for sure we are making the right decision? As if on cue, Gramma woke up and began to mumble to me. I was rubbing her forehead and she said it felt good. Then, she said as clear as a bell, "Please, please. I just want to go home. Help me find my way home."



The doctor moved Gramma up to a room in the stunning, new oncology ward with a view of the mountains. The hospital provided us with a pull-out couch and a lazy chair so we could be comfortable, and they called the hospice people to speak with us the following day. The doctor made sure Gramma was given morphine right away, and they took her off all other medications. In short order, she was sleeping deeply and seemed fairly comfortable apart from the horrible, loud, rattling breaths she took in a steady rhythm. I fell asleep that night to the steady rattle and the burbling of the humidified oxygen tank running above her head. She only woke once during the night and the nurses gave her another dose of morphine, quickly returning her to a deep sleep.



The following day, my family came to the hospital to relieve me. I convinced Mom to go home at 4 am and get a few hours of sleep in her own bed since she is dealing with a torn rotater cuff in her shoulder. Plus, I had the upcoming art show at my studio with 300 guest already invited on Sunday afternoon. It was Friday, and we had not yet hung the art on the walls. I was going to need to leave for a while at some point, too. Mom and my uncle convinced me it would be okay, although I felt a little frantic about leaving. We got a friend to come help us hang the art, and together with my studio mate, we worked non-stop to get the whole thing done as fast as possible. By late afternoon, I was back where I belonged at my Gramma's side. I convinced my family to go have a supper break, and I got some alone time with her to make up for leaving. I was so tired, I fell asleep holding her hand by the bed for a while.



Something woke me out of a deep slumber to find Gramma's eyes open. She was staring off into the distance and moving her eyebrows around a bit as if she was straining to make out what was there. Worried she was in pain, I called for another dose of morphine. Just after the nurse administered it into her IV, I began to rub her forehead and sing to her, trying to comfort her back to sleep, but she just kept looking into the distance. I sang her favorite song, "The Lord of the Dance," and another Shaker tune called, "How Can I Keep From Singing." I sang my favorite Ben Harper song, "Blessed to be a Witness." Then, I sang "Amazing Grace." I kept coming back to the verse that ends, "Twas Grace that brought us safe thus far, and Grace will lead me home," so I sang that verse to her twice more.



When the singing ended, Gramma took three more breaths and she was gone. The room went from the loud rattling to a still, quiet, comforting peace. Gramma's face went from struggling to see that distant object to a calm look of rest. While the nurses came in to listen to her heart, I called Mom to let her know. Within five minute, Gramma was pronounced officially home at last, and my painting had its title...The Long Journey Home.